Selasa, 29 Desember 2015

ABOUT ME

Riskaninda Maharani





Riskaninda Maharani dilahirkan di Situbondo, 23 Agustus 1983. Menjadi nomine 20 besar lomba #AkuInginMenjadiPengantin. Ketiga puluh antologinya telah terbit, termasuk antologi A Letter for My Prince. Aktif menulis puisi dalam bahasa Tetun, Italia, Spanyol, dan bahasa-bahasa lain yang serumpun dengan bahasa Latin sejak puisinya diakui oleh penyair-penyair setempat. Pernah menjadi penerjemah perjanjian resmi perdamaian Rusia dan Giorgia yang ditulis dalam bahasa Italia.

Penggemar berat Sidney Sheldon dan Sandra Brown ini dapat dihubungi via email: riskanindam@gmail.com, twitter: @RiskNindaAuthor, atau facebook: Riskaninda Maharani.

                   

Dokumentasi foto oleh: Fahrizal Firmani, Toga Mas Probolinggo, 03 Desember 2015.


 
                                                                                                               
 Malang, 26 Maret 2015.

Jumat, 25 Desember 2015

QUOTES-QUOTES CANTIK RISKANINDA MAHARANI

Riskaninda Maharani





“Kenangan manis bisa dilupakan dengan merajut kenangan baru. Tapi, ilmu di otak hanya bisa hilang kalau orangnya menderita dementia, amnesia, sakit pikiran, meninggal, atau sengaja otaknya dirusak.” (27 November 2015. 11.56)

“Penulis sejati akan terus menulis, melintas keadaan, tak peduli lagi jatuh cinta atau patah hati. Atau berada di partikel hampa dan beku keduanya.” (30 November 2015. 15.31)

“Bukan 'cinta' yang melemahkan. Namun, cinta yang terpendam dan tak terungkapkan yang menggelisahkan. Dan cinta yang tak terbalaskan yang mematikan.” (30 November 2015. 15.39)

“Cinta yang berawal dari dunia maya itu bukan nonsens. Cinta maya yang berbalas, memiliki peluang lebih besar untuk tergapai daripada cinta dunia nyata yang bertepuk sebelah tangan. Jika penerbitan buku yang cantik-cantik sudah go green, kenapa tidak dengan cinta?” (30 November 2015. 15.48)

“Pada dasarnya kaum Adam yang terjerat logika lebih mudah move on daripada kaum Hawa yang terkilir perasaan. Namun, jika kau bertemu kaum Adam yang susah move on, maka tunggulah buliran cintanya hingga hujan es jatuh di Kota Malang lagi!” (02 Desember 2015. 02.16)

“Cara terbaik melupakan sesuatu adalah dengan membuang segala hal tentang sesuatu itu hingga sekecil-kecilnya. Karena, hal sekecil apapun itu akan membantu kinerja otak menciptakan ingatan”. (09 Desember 2015. 12.39)

“Mendua dalam kepenulisan itu sah saja, jika untuk membuang jenuh. Bukan untuk menggantungkan, apalagi memberikan harapan palsu pada tulisanmu sendiri.” (14 Desember 2015. 00.02)

“Rasa puas dan kebaikan takkan pernah bisa dibeli, seberapa keras pun kalian berusaha mendapatkannya.” (22 Desember 2015. 17.43)


Sumber gambar: www.google.co.id.

Probolinggo, November-Desember 2015.


Selasa, 22 Desember 2015

SEPULUH ALASAN AWAL MEMBELI NAPOLI

Riskaninda Maharani






          Iseng-iseng survey sama pembaca Napoli yang mengirimkan surat pembaca ke aku. Inilah sepuluh alasan awal mengapa mereka membeli Napoli. Diurut berdasarkan ranking dari atas ke bawah. Tidak dihitung presentasenya, karena jumlah perbedaannya tidak terlalu signifikan:

1.     Suka tulisan yang berbau luar negeri, terutama Eropa. 
2.     Judul “Napoli” membuat penasaran. 
3.     Backcover-nya cantik.
4.     Sinopsis yang ada di blog keren.
5.     Endorsers-nya keren.
6.     Based on the True Story membuat penasaran.
7.     Suka tulisan yang berbau travelling.
8.     Covernya cantik.
9.     Penasaran sama perkembangan tulisan penulisnya.
10.   Diterbitkan sama Diva Press.

 

Dokumentasi foto oleh: Edi Akhiles, Yogyakarta, 13 Juni 2015.


Probolinggo, 03 Desember 2015. 

Selasa, 15 Desember 2015

PENEMPATAN PANGGILAN YANG BENAR (dalam bahasa Italia, Tetun & Indonesia)

Riskaninda Maharani





         
“Tu” dalam bahasa Italia artinya “kamu” dan “Lei” artinya “Anda”. Namun, ada perbedaan dalam penerapannya. Ketika seorang dosen berbicara pada mahasiswanya dalam bahasa Indonesia misalnya. Maka, dosen tersebut akan menyebut mahasiswanya dengan sebutan “Anda”. Tidak sama halnya ketika dia berbicara dalam bahasa Italia. Maka, sebutan “Tu” yang dipakai.
Bahasa Tetun (bahasa resmi Timor Leste), beda lagi. Ketika kita memanggil seorang Timor Leste dengan namanya saja tanpa embel-embel, kamu akan dicap “tidak sopan”. Dan berhati-hatilah untuk menggunakan istilah “kamu” dan “anak-anak” untuk menyebut seorang Timor Leste yang tidak mendalami budaya Indonesia! Karena, akan memicu perselisihan. Kata “Mas” atau “Mbak” dirasa terlalu Jawa. Pergunakan kata “Kakak”! Dalam bahasa Tetun, “Maun” untuk “Mas”, “Mana” untuk “Mbak”, dan “Biin” untuk “Mbak” dalam arti kandung atau yang dianggap kandung atau dekat banget.
Hmmm... “Kakak”, “Mbak”, “Ibu” atau “Tante” dalam bahasa Indonesia, seringkali untuk menegaskan suatu pemisahan hubungan bagi kaum Hawa. Jika seseorang yang terpaut umur, menyebut seorang perempuan yang berlawanan jenis dengan salah satu istilah tersebut, bukan dengan istilah “kamu” atau “namanya saja”. Jelas bahwa lelaki itu tidak tertarik padamu secara fisik dan lebih dari teman. Sama halnya ketika kamu datang ke rumah camer. Cowokmu belum sempat memperkenalkan kamu, si camer sudah main nyeletuk, “Ibunya ini tetangga baru di sebelah mana ya, kok baru lihat?”
       Ada yang galau? Dan punya pengalaman hampir serupa? Eaaa... pingin ikutan galau juga. :v


Probolinggo, 24 November 2015.

Selasa, 08 Desember 2015

QUOTES-QUOTES CANTIK NAPOLI VERSI PEMBACA

Riskaninda Maharani





Versi penerbit dan pembaca umum:

“Kau tahu ada sebuah mitos dunia? Barang siapa melempar sebuah koin ke air mancur itu akan kembali ke Roma? Barang siapa melempar dua koin akan menemukan cinta? Dan, barang siapa melempar tiga koin, dia akan segera menikah?”

“Sebenarnya jika ada sebuah air mancur yang bisa membuatku menjadi seorang warga negara Italia, aku akan lebih suka mengunjunginya.” - Revina Anjani -
#Napoli page 22- Riskaninda Maharani

---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Versi Finda Rahmadaniati (Finda Sinyak Indara_Samarinda):

“Amore, scusami se ti ho fatto aspettare per molto tempo. Il mio lavoro ha appena finito.” (Sayang, maaf jika telah membuatmu lama menunggu! Pekerjaanku baru saja selesai).
-Stefano Puglietti-
#Napoli page 31- Riskaninda Maharani

“Sedikit lagi aku membiarkanmu berpetualang seorang diri, kau akan mengacak-acak seluruh negeriku.” -Stefano Puglietti-
#Napoli page 58 - Riskaninda Maharani

“Se i tuoi impegni hanno finito colla mia ragazza, ne vati. Abbiamo anche i impegni che non finiscono ancora.” (Kalau urusanmu sudah selesai dengan gadisku, menyingkirlah. Kami juga punya urusan yang belum selesai). -Stefano Puglietti-
#Napoli page 221 - Riskaninda Maharani

---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Versi Jiah Al Jafara (Jiah Al Jafara_Jepara):

Menjadi bagian dari kehidupan asli di Italia. Menjadi bagian dari salah satu apa yang disebut “menakutkan” oleh teman-teman Indonesianya dan “harus ekstra hati-hati” oleh teman-teman Italianya. Namun, Revina sendiri lebih suka menyebutnya “tantangan” dan “menggairahkan”.
#Napoli page 23- Riskaninda Maharani

“Aku memang seorang perempuan. Tetapi, itu bukan berarti bahwa aku tidak tangguh. Aku tidak memerlukan perlindunganmu yang super.” - Revina Anjani
#Napoli page 88- Riskaninda Maharani

---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Versi Leni Marlins (@lenimarlins):

Tepat jam tujuh malam ketika Revina keluar dari kamar tidurnya lengkap dengan gaun perak metalik tanpa tali, sebuah dompet mewah perak metalik, dan sepatu sandal high heels tujuh senti yang berwarna sama. Sepasang anting dan kalung mutiara tampak menghiasi lehernya yang jenjang….

Sementara, Alejandro hanya menatap takjub tanpa bisa berkata apa-apa.
#Napoli page 113- Riskaninda Maharani

Namun, “kekasih hati” dalam arti yang lain dalam kamus Revina adalah Pablo, lelaki yang bersedia membagi suka duka dengannya di malam-malamnya tanpa kenal lelah dan letih.
#Napoli page 205- Riskaninda Maharani



Dokumentasi foto oleh: Erwin Satriani, Gramedia Basuki Rahmat Malang, 06 Agustus 2015.

Probolinggo, 30 Juni 2015.